Tuesday, May 12, 2009

BAB IV DINAMIKA PESISIR

Zona laut berdasarkan kedalaman:

  1. LITORAL : -daerah pasang surut

- 0-50 m

- kehidupan hewean tepi pantai

  1. Neritik : -50-150 m

- masih bisa ditembus cahaya matahari

- banyak ikan & tumbuhan laut

  1. Bahtial : - 150-200 m

- tdk bisa ditembus cahaya matahari

Ekosistem pantai/pesisir

Garis pantai indo. yg pnjngnya kurang lbh 81.000 km, wilayah pesisirnyamempunyai ekosistem yg sgt beraneka ragam, antara lain hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput laut.

  1. Hutan mangrove

disebut juga hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yg khas, tumbuh di sepanjang pantai/ muara sungai yg dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove di indo terdapat di pulau sumatera, kalimantan, sulawesi, jawa dan irian jaya. Hutan mangrove dpt hidup dgn subur jika wilayah pesisir tersebut memenuhi syarat spt berikut :

    • terlindung dari gempuran ombak dan arus pasang surut yg kuat
    • daerahnya landai/ datar
    • memiliki muara sungai yg besar dan delta
    • aliran sungai banyak mengadung lumpur
    • temperaturnya 20-40 derajat c
    • kadar garam air laut antara 10-50/ mil

Hutan mangrove merupakan ekositem penting di wilayah pesisir sebab memiliki fungsi ekologi dan ekonomi.

Fungsi ekologis :

· mencegah abrasi

· tempat tinggal makhluk hidup

· menyaring intrusi air laut ke daratan

· mencegah masuknya kandungan logam berbahaya masuk ke tanah

Fungsi ekonomis :

· perikanan

· arang

· bhn bangunan

· daunnya dpt dijadikan atap rumah

· obat2an

· kayu bakar

  1. terumbu karang

ekosistem yg khas terdapat di daerah tropis. meskipun terdapat di seluruh perairan

dunia, namun terumbu karang dpt berkembang biak di daeraqh tropis. terumbu karang dari adaptasi2 kalsium karbonat yg dihasilkan o/ organisme karang, alga berkapus & organis lainnya.

faktor yg mempengaruhi terumbu karang tergantung pada :

· kedalaman laut 10 m

· temperatur 25-29 derajat c

· kadar garam 30-35/ mil

· ada tidaknya sedimentasi, kalau tjd sedimentasi pertumbuhan karang melambat. kalu tdk terhadi sedimentasi pertumbuhan terumbu karang cepat

Fungsi ekologi : - penyedia nutrien

- berkembang nya biota laut

fungsi ekonomi :-penghasil ikan, udang, dll.

-bahan bangunan

  1. rumput laut

tumbuh pada perairan yg memiliki substant keras yg kokoh untuk tempat melekat, rumput laut hnya dpt disup di perairan dimana tumbuhan muda yg kecil meperoleh matahari yg cukup

faktor yg mempengaruhi :

    • kejernihan air laut
    • suhu perairan sejuk
    • arus laut tidak bgt deras
    • kedalaman laut 20-30 m

rumput laut teratur hampir disemua provinsi di indo dan digunakan sbg bahan dasar makanan & obat/kosmetik

  1. padang lamun

tumbuhan berbunga yg dpt menyesuaikan diri u/ disup di dasar laut. sama halnya dgn rumput di daratan, lamun juga membentuk padang yg luas dan lebar di dasar laut. lamun hidup diantara hutan mangrove & terumbu karang. ekosistem ini, bnyk terdapat di perairan sumatera, kalimantan, jawa, sulawesi. N.T, maluku, papua.

faktor yg mempengaruhi :

· perairan laut dangkal, lumpur, mengandung pasir

· kedalaman laut tdk > 10 m

· temperatur 20-30 derajat c

· kadar garam 25-35/ mil

· kecepatan arus 0.5 m/s

fungsi rumput lamun

· tempat berkembang biak ikan & biota laut

· nutrien bagi ikan

· perangkap sedimen & mencegah abrasi

· bahan dasar pupuk & kertas

Arus Laut

adalah aliran air laut yg mempunyai arah & peredaran yg tetap & teratur. gerak aliran arus laut dpt disamakan dgn aliran air sungai, ttp aliran arus laut lebih lebar.arus laut dpt dibedakan menurut letak , suhu, dan cara terjadinya

  1. Pergerakan angin sgt mempengaruhi arah arus laut. seperti arus brazil yg dipengaruhi pasat tenggara, arus peru dan arus benguela yg digerakan oleh angin barat
  2. suhu air laut di khatulistiwa lebih tinggi drpd suhu air laut di daerah kutub. air di daerah khatulistiwa menjadi lbh ringan. sedangkan air di kutub menjadi berat & tenggelam. maka terjadi pergerakan arus laut dari khatulistiwa ke kutub & pergerakan arus laut dari kutub ke khatulistiwa. sirkulasi ini sering disebut termohaline circullation
  3. salinitas (kadar garam)

salinitas air laut berbeda2 antara 1 tmpt dgn tmpt yg lain. laut yg memiliki salinitas tinggi merupakan hasil dari besarnya evaporasi yg terjadi di tmpt tsb. air laut yg bersalinitas tinggi akan tenggelam & mengalir menuju kawasan yg bersalinitas rendah.

  1. pergerakkan arus yg mengikyti prputaran bumi umumnya mengikuti arah jarum jam . contoh, arus canaris d belahan bumi utara menunjukkan arah jarum jam. sedangkan arus brazil di belahan bumi selatan menunjukkan arah yg berlawanan dgn arah jarum jam
  2. Land barrier(daratan penghalang)

menghalangi & mengalihkan pergerakkan arus laut. contoh angin barat berbelok ke utara menjadi arus humbalt(arus peru) bila tiba di pantai chili.

Morfologi dasar laut

dasar laut memiliki bentuk yg hampir mirip dgn bntk2 yg ada di daratan, spt gunung atau lembah. akan ttp, bentukan di dasar laut ini memiliki nama khusus :

  1. paparan benua : dasar laut yg memrupakan kelanjutan dari benua2 yg ada atau lebih dikenal dgn laut dangkal, spt paparan sunda yg merupakan paparan dr benua australia
  2. gunung laut : dasar laut yg merupakan gunung di daratan . gunung laut yg msh aktif, biasanya msh mengeluarkan magma. gunung laut ada yg berada di dlm laut, spt di kep. hawaii. akan ttp, ada yg muncul ke permukaan bumi spt G. krakatau.
  3. Punggung laut :dasar laut antara paparan benua dgn dasar laut yg sgt dalam, baik laut dalam yg berbentuk palung maupun yg berbentuk basin.
  4. palung laut : dasar laut yg sgt dala yg bntknya menyempit spt palung. contoh, di sekitar laut sulawesi
  5. cekungan laut (basin) :dasar laut yg dalam berbentuk spt mangkuk (basin)

EKOSISTEM PESISIR

RUMPUT LAUT

Rumput Laut Sebagai Komoditi Bisnis

Rumput laut (Seaweeds) adalah termasuk kelompok macro algae. Jenis (Spesies) rumput laut sangat banyak lebih dari 7000 spesies tersebar diperairan tropis maupun subtropis, termasuk yang tumbuh diperairan laut Indonesia. Bahkan mungkin masih banyak yang belum teridentifikasi. Secara umum rumput laut atau ganggang dapat digolongkan menjadi empat kelas, yaitu :

  1. Ganggang Merah (Rhodophyceae)
  2. Ganggang Coklat (Phaeophyceae)
  3. Ganggang Hijau (Chlorophyceae)
  4. Ganggang Hijau - Biru (Cyanophyceae)



dari masing-masing kelas rumput laut tersebut memiliki keunggulan masing-masing dalam peruntukannya, tentu saja sesuai dengan jenis (Spesies) yang memiliki karakteristiknya masing-masing.

Bahkan baru-baru ini Dr. Ir. Grevo Gerung (Dosen/Peneliti dari Unsrat Manado) menemukan jenis rumput laut (Ptolophora sp) yang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku pembuatan kertas. Meskipun teknologi pembuatan kertas dari rumput laut ini masih dalam skala penelitian, namun hal ini merupakan peluang bagi industri rumput laut di Indonesia.

Teknologi Pembuatan Kertas

Pada prinsipnya teknologi pembuatan kertas cukup sederhana, sebagaimana penemuan pertama bahan kertas oleh Ts’ai Lun Lun seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan di tahun 105 M pada zaman kekaisaran Thiongkok Ho Ti (tercatat dalam sejarah resmi dinasti Han). Bahan utamanya adalah bambu yang dilumatkan menjadi bubur lalu dibentuk menjadi lembaran dan dipres kemudian dikeringkan hingga menjadi lembaran kertas.

Belajar dari cara pengolahan agar-agar kertas dari ekstrak rumput laut Glacillaria yang sudah lama berkembang menjadi salah satu usaha skala rumah tangga (small skill industry) secara turun-temurun di daerah Pameungpeuk-Garut-Jawa Barat. Cara pengolahan agar-agar kertas dari rumput laut ini sangatlah mudah dan sederhana. Ekstrak agar-agar diperoleh dengan cara merebus rumput laut dalam suasana asam (pH tertentu), lalu disaring. Hasil saringan (ekstrak) dinetralkan dan dijendalkan (dicetak) dalam loyang dengan penambahan unsur alkalin (KOH) Setelah menjendal dalam satu malam, agar-agar diiris sesuai dengan ketebalan yang diinginkan (0,5 cm), irisan dibungkus kain blacu, disusun berlapis dan dipres secara alami dengan pemberat batu selama 12 jam untuk mengeluarkan kandungan air hingga ketebalan irisan agar-agar mencapai 0,2-0,3 cm. Esok paginya dijemur sampai batas kekeringan yang diinginkan dan agar-agar sudah berbentuk kertas dengan ketebalan sekitar 0,1 cm.

Lain halnya dengan proses ekstraksi karaginan yang pada umumnya hanya dilakukan dalam skala industri. Ekstraksi dilakukan melalui perebusan (90-95 °C) dengan penambahan Ca(OH)2 atau NaOH selama 24 jam, kemudian dilakukan penyaringan sebanyak 2 (dua) kali, dijendalkan dengan penambahan isopropyl alcohol, dipres, dicuci dan dipres kembali lalu dikeringkan dengan menggunakan rotary dryer menjelang proses penepungan. Ampas sisa ekstraksi dibuang sebagai imbah (waste) atau hanya dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman saja. Teknologi pembuatan kertas dari rumput laut yang dikembangkan oleh Dr. Ir. Grevo Gerung dapat dijadikan sebagai suatu solusi dalam memanfaatkan limbah tersebut. Teknologi pembuatan kertas dari rumput laut tersebut tentunya tidak jauh berbeda dengan cara pengolahan agar-agar kertas.

Peluang Nilai Tambah

Pengertian (term) “nilai tambah” (value-added) dalam dunia usaha perikanan masih beragam dan hampir disejajarkan dengan margin antara harga pembelian bahan baku (raw material) dan produk akhir (end products), meskipun sebenarnya antara keduanya berbeda. Namun secara umum {general) dapat dilihat betapa besar perbedaan antara harga jual rumput laut kering dengan produk turunannya ataupun produk akhirnya.

Kajian singkat yang dilakukan oleh PT. Bank Ekspor Indonesia (BED pada tahun 2006 menunjukkan rata-rata komoditi rumput laut Indonesia di pasaran dunia terpaut pada harga 496 $US/ton. Harga rumput laut Indonesia termasuk yang paling murah jika dibandingkan dengan Negara eksportir lainnya, rumput laut Cina memiliki harga 1,943 $US/ton, rumput laut Korea 2,984 $US/ton, rumput laut Chile 680$US/ton. Kelemahan harga rumput laut Indonesia disebabkan oleh karena sebagian besar rumput laut kita diekspor dalam bentuk mentah (raw material), padahal value-added rumput laut mentah yang diolah memberikan premium yang sangat tinggi. Sebagai contoh, Cina dan Korea mengolah rumput laut menjadi bahan makanan dan supplemen mendapat apresiasi harga yang tinggi di Jepang. Keuntungan lain dari olahan rumput laut adalah pengenaan tarif yang lebih rendah, bahkan nol, dibanding dalam bentuk mentah yang dapat dikenakan tarif hingga 40% di Jepang.

Perkembangan ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 1999 s.d. 2004 mengalami peningkatan rata-rata 10,21%. Tentu saja rumput laut yang diekspor tersebut masih dalam bentuk raw material dengan harga yangcukup memprihatinkan, pada hal disisi lain peluang value-added untuk olahan rumput laut cukup terbuka lebar. Revitalisasi rumput laut melalui kegiatan budidaya rumput laut secara besar-besaran yang sedang digalakkan, akan mampu meningkatkan kesejahteraan para pembudidayanya jika teknologi pengolahan (pasca panen) rumput laut dapat segera mungkin diwujudkan dalam dunia bisnis rumput laut Indonesia.

Sumber : http://www.dkp.go.id/


INDUSTRI RUMPUT LAUT

Indonesia mempunyai potensi sumberdaya kelautan yang sangat besar, salah satunya adalah rumput laut. Oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi ini dijadikan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena dari segi bahan baku Indonesia memiliki sumber bahan baku yang melimpah dan dari segi pengguna mengalami peningkatan drastis terutama di luar negeri.

Olahan rumput laut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri makanan, farmasi, kosmetika dll. Kebutuhan dunia akan produk olahan rumput laut yang terus meningkat menjadikan bisnis ini sangat prospektif. Kami menawarkan jasa Pembangunan Industri Pengolahan Rumput Laut secara komprehensif mulai konstruksi pabrik, mesin proses hingga instalasi pengolahan limbah, dengan kualitas produk hasil sesuai standar export.

- Produk yang dihasilkan dalam bentuk Semi Refine Caragenan atau Caragenan
- Bahan Baku : Rumput Laut
- Kapasitas Bahan Baku : mulai 1 ton/hari sd 20 ton/hari, atau sesuai permintaan

Indonesia mempunyai potensi sumberdaya kelautan yang sangat besar, salah satunya adalah rumput laut. Oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi ini dijadikan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena dari segi bahan baku Indonesia memiliki sumber bahan baku yang melimpah dan dari segi pengguna mengalami peningkatan drastis terutama di luar negeri.

Olahan rumput laut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri makanan, farmasi, kosmetika dll. Kebutuhan dunia akan produk olahan rumput laut yang terus meningkat menjadikan bisnis ini sangat prospektif. Kami menawarkan jasa Pembangunan Industri Pengolahan Rumput Laut secara komprehensif mulai konstruksi pabrik, mesin proses hingga instalasi pengolahan limbah, dengan kualitas produk hasil sesuai standar export.

- Produk yang dihasilkan dalam bentuk Semi Refine Caragenan atau Caragenan
- Bahan Baku : Rumput Laut
- Kapasitas Bahan Baku : mulai 1 ton/hari sd 20 ton/hari, atau sesuai permintaan

Indonesia mempunyai potensi sumberdaya kelautan yang sangat besar, salah satunya adalah rumput laut. Oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi ini dijadikan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena dari segi bahan baku Indonesia memiliki sumber bahan baku yang melimpah dan dari segi pengguna mengalami peningkatan drastis terutama di luar negeri.

Olahan rumput laut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri makanan, farmasi, kosmetika dll. Kebutuhan dunia akan produk olahan rumput laut yang terus meningkat menjadikan bisnis ini sangat prospektif. Kami menawarkan jasa Pembangunan Industri Pengolahan Rumput Laut secara komprehensif mulai konstruksi pabrik, mesin proses hingga instalasi pengolahan limbah, dengan kualitas produk hasil sesuai standar export.

- Produk yang dihasilkan dalam bentuk Semi Refine Caragenan atau Caragenan
- Bahan Baku : Rumput Laut
- Kapasitas Bahan Baku : mulai 1 ton/hari sd 20 ton/hari, atau sesuai permintaan.


TERUMBU KARANG

Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikro organisme yang hidup melayang di kolom perairan laut.

Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).

Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Menurut Cesar (1997) estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya ikan, batu karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.

Hijaukan Laut dengan Terumbu Karang Buatan

Penulis: Oleh : Rahmad Firdaus, S.Kel
edisi: 10/Oct/2008 wib
PADA Surat Kabar Harian Bangka Pos edisi Minggu tanggal 7 September 2008 halaman depannya dipenuhi dengan berita tentang reklamasi terhadap lahan bekas tambang. Ada berita yang berisi “Reklamasi Jauh Panggang dari Api” yang isinya berintikan reklamasi baru sebatas dibicarakan dan belum ada separuh lahan yang telah direklamasi.
Ada berita “PT Timah siapkan 2.000 ha” yang isinya perusahaan ini akan mereklamasi lahan bekas tambang seluas 2000 ha se Bangka Belitung. Ada juga berita “Babel Perlu Sentuhan Hijau” yang berisikan PT BBTS bekerjasama dengan pemprov dan Yayasan Babel Hijau akan melakukan gerakan penghijauan 10.000 ha lahan. Semua berita-berita di atas berintikan mengenai kerusakan lingkungan di Babel yang diakibatkan oleh aktivitas tambang timah dan belum mendapatkan perhatian yang maksimal dari semua pihak yang harusnya bertanggung jawab. Walaupun saat ini sudah ada niat baik dari pihak-pihak terkait untuk melakukan upaya pemulihan lingkungan dan penghijauan lahan bekas tambang ini patut kita syukuri. Tetapi dari semua bahasan itu hanya terfokus pada kerusakan lingkungan yang di darat saja. Bagaimana dengan laut kita? Apakah dari aktivitas tambang timah tidak berpengaruh terhadap lautan? Sedangkan aktivitas tambang tidak hanya dilakukan di daratan tetapi juga lautan. Apa yang terjadi dengan laut Babel sekarang?

Kita semua tahu dengan kondisi laut yang ada di Babel saat ini, dimana sekarang air lautnya berubah dari biru ke cokelat, di pesisir pantai terjadi abrasi, hutan mangrove & bakau ditebang dan dijadikan lahan tambang. Itu semua yang kelihatan dengan pandangan kita, tetapi bagaimana dengan yang ada di dalam lautnya, seperti kondisi terumbu karangnya, ikan-ikannya serta biota-biota lainnya.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Surat Kabar Harian Bangka Pos edisi Kamis 15 November 2007 bahwa terumbu karang di Babel 30 persennya rusak parah, dimana penyebabnya adalah karena aktivitas tambang melalui kapal keruk, tambang inkonvensional (TI), penggunaan bahan peledak serta bahan kimia seperti potassium. Dengan rusaknya terumbu karang, akan berpengaruh juga terhadap biota lain yang ada di dalamnya seperti kelimpahan ikan-ikannya, karena terumbu karang adalah rumah bagi ikan-ikan & biota lain yang ada di dalamnya.

Salah satu upaya untuk memulihkan kondisi terumbu karang dari kerusakan adalah dengan terumbu karang buatan ataupun cara lain seperti transplantasi karang. Jadi jangan hanya daratan saja yang perlu diperbaiki kondisinya tetapi juga laut kita perlu diperhatikan dan diperbaiki, jangan hanya daratan saja yang dihijaukan tetapi laut kita juga butuh untuk dihijaukan. Karena kita tidak hanya mendapatkan kehidupan dari daratan tetapi juga lautan.

Dewasa ini dalam kegiatan yang disebut sebagai perbaikan ekosistem terumbu karang, banyak dilakukan dengan cara transplantasi terumbu karang dan pembuatan terumbu buatan (artificial reef) yang oleh masyarakat awam lebih dikenal sebagai “rumpon”. Pembelajaran akan pentingnya kehidupan terumbu karang gencar dilakukan baik kepada masyarakat umum maupun kepada kalangan generasi muda dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Slogan ‘Cinta Bahari’, ‘Cinta Makan Ikan’, ‘Selamatkan Terumbu Karang’ ramai dipromosikan bahkan sampai tingkat nasional.

Kelestarian terumbu karang tidak hanya semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah atau masyarakat pesisir saja. Secara tidak langsung masyarakat yang tinggal di darat pedalaman sekalipun ikut bertanggung jawab apabila aktivitas mereka di daerah aliran hulu sungai mengakibatkan erosi tanah dan pencemaran lingkungan air sungai yang pada akhirnya bermuara di laut dimana terdapat ekosistem terumbu karang. Air sungai yang tercemar ini dapat menyebabkan karang sakit, bahkan mati.

Tindakan nyata untuk memperbaiki ekosistem terumbu karang pun marak dilaksanakan lembaga pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat. Kegiatan nyata yang cukup popular belakangan ini dilakukan adalah dalam bentuk pemasangan terumbu buatan (artificial reef) yang diprakarsai oleh Departemen Kelautan Perikanan. Banyak daerah- daerah di Indonesia yang telah melakukan pemulihan ekosistem laut dengan pemasangan terumbu karang buatan seperti di daerah Pulau Pari, Karang Asem Bali, Pulau Panjang Jepara, Perairan Teluk Jakarta, Nias, Teluk Lampung, Kepulauan Riau, Situbondo, Pantai Utara Jawa dan daerah lainnya. Bagaimana dengan pemerintah Provinsi Babel, pihak swasta dan lembaga swadaya masyarakat yang ada di Provinsi Babel, apakah sudah ada tindakan nyata untuk memperbaiki ekosistem terumbu karang di Babel?
Pengertian terumbu karang buatan adalah bentuk bangunan atau benda yang diturunkan ke dasar perairan sehingga menyerupai atau berfungsi layaknya habitat ikan.

Banyak bentuk konstruksi dan jenis material yang diaplikasikan pada terumbu buatan, dari balok kayu biasa, papan, besi concret semen, besi dan kapal, bus bekas dan bahkan ban bekas. Terumbu buatan telah dikenal sejak abad 18 dan baru dikembangkan tahun 1980-an. Jepang adalah negara pelopor pengembangan terumbu buatan yang memulainya semenjak tahun 1950-an. Konsep dari terumbu buatan adalah suatu benda alam atau buatan manusia yang ditempatkan di dalam laut untuk menambah atau mempertahankan sumberdaya ikan.

Konsep ini dapat dikembangkan dalam rehabilitasi kerusakan karang sebagai suatu struktur yang dibuat oleh manusia untuk menciptakan suatu kondisi fungsi seperti terumbu karang alami. Adanya terumbu karang buatan pada suatu daerah dapat berperan sebagai sarana meningkatkan produksi perikanan dengan menyediakan dan melestarikan lahan budidaya serta perluasan daerah penangkapan; meningkatkan kegiatan pariwisata; meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan; mengatasi konflik lahan di daerah pesisir atau pantai. Peranan ini ditimbulkan karena terumbu karang buatan dapat berfungsi sebagai substrat pertumbuhan, tempat berlindung dan rumah, breeding, memijah dan mengasuh (nursery ground) dari berbagai macam organisme laut; penahan gelombang untuk mencegah abrasi pantai.

Selain dengan terumbu karang buatan, pemulihan kondisi ekosistem terumbu karang juga dapat dilakukan dengan fragmentasi/transplantasi terumbu karang yang diharapkan akan menjadi solusi yang tepat dan cepat dalam mendukung keberhasilan program rehabilitasi ekosistem terumbu karang. Yang dimaksudkan dengan fragmentasi atau transplantasi adalah mengambil sebagian koloni karang dari koloni primer dan kemudian ‘diletakkan’ di tempat tertentu. Keberhasilan penerapan transplantasi terumbu buatan tentunya memerlukan pengetahuan dan kajian yang lebih baik, terutama bila kita telah ketahui bahwa cukup banyak faktor pembatas alami bagi pertumbuhan terumbu karang. Sehingga kita harus benar-benar memperhatikan faktor-faktor dalam menetapkan di mana transplantasi ini akan dipasang.

Selain itu harus diperhatikan juga konstruksi dan media transplantasi serta jenis karang yang akan ditransplantasikan. Ini juga sama dengan kalau kita akan memulihkan suatu lahan di daratan, pasti ada kajian terlebih dahulu apa jenis yang cocok dan faktor-faktor pembatasnya.

Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai penting bukan hanya dari sisi biologi, kimia dan fungsi fisik saja namun juga dari sisi sosial dan ekonomi. Terumbu karang indah, ikan pun melimpah, nelayan sejahtera, kita semua bahagia. Mari sama-sama kita lestarikan lingkungan. Lestarikan lingkungan dari daratan hingga ke lautan. lni warisan untuk anak dan cucu kita! (*)


Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.

Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus, dan tempat persinggahan bagi burung-burung migran.

Beberapa jenis mangrove yang terkenal:
- Bakau (Rhizopora spp.)
- Api-api (Avicennia spp.)
- Pedada (Sonneratia spp.)
- Tanjang (Bruguiera spp.)
htn-baka.jpg (220111 bytes)


Jika hutan mangrove hilang :
+ abrasi pantai
+ dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
+dapat mengakibatkan banjir
+ perikanan laut menurun
+sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang

mangrove.jpgPada tahun 2003, hutan bakau/mangrove di Indonesia yang mengalami kerusakan sekitar 68 persen, atau 5,9 juta hektar, dari luas keseluruhan 8,6 juta hektar (baca di sini dan juga di sini). Rusaknya hutan bakau lebih banyak disebabkan oleh ulah tangan manusia sendiri. Dengan berbagai macam alasan, penebangan hutan bakau terus berlanjut. Padahal, hutan bakau sangat cocok sebagai pelindung di kawasan pantai yang berlumpur.

Untuk memperbaiki kondisi ini, diperlukan perubahan sikap dan persepsi masyarakat. Pasalnya, selain berfungsi menjaga daratan pantai berlumpur dari gerusan ombak, peredam gelombang (baca di sini) dan tempat hidup dan berbiaknya biota laut (baca di sini), kawasan hutan bakau juga berpotensi dikembangkan sebagai wisata alam.

Wisata alam? apa yang indah di lihat di kawasan hutan mangrove? Tak percaya?? Sebenarnya berwisata di kerumunan hutan bakau adalah suatu pengalaman petualangan yang tak terlupakan (baca di sini).

Tulisan di bawah ini adalah pengalaman saya sekitar tahun 2003, saat berkunjung dan berwisata “blusukan” di tengah kawasan hutan bakau di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, yang termasuk dalam kawasan hutan konservasi di Propinsi Bali.

*****

Hutan mangrove di Bali tersebar di beberapa lokasi pada areal seluas 3067,71 Ha, terdiri dari 2177,5 Ha berada dalam kawasan hutan dan 890,21 Ha di luar kawasan hutan. Tiga lokasi terluas dimana terdapat hutan mangrove adalah Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai (1373,5 Ha), Nusa Lembongan (202 Ha), dan Taman Nasional Bali Barat (602 Ha).

Kerusakan hutan mangrove akibat perubahan fungsi hutan menjadi tambak dan penebangan kayu yang berlebihan terus terjadi dan semakin parah dari tahun ke tahun. Untuk mengurangi tingkat kerusakannya, Departemen Kehutanan melalui Proyek Pengembangan Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari dibantu JICA melaksanakan proyek pada tanggal 4 Nopember 1992 s/d tahun 1999. Tujuannya adalah untuk melaksanakan investasi guna mendukung kegiatan reboisasi dan pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan. Hasilnya adalah rehabilitasi hutan mangrove seluas 253 Ha.

Proyek ini dilanjutkan dengan proyek lanjutan sebagai sarana pendistribusian hasil proyek terdahulu kepada masyarakat dengan memperkuat sistem penyuluhan dan pengelolaan hutan mangrove secara lestari, pada tanggal 15 Mei 2001 dan direncanakan berakhir tanggal 14 Mei 2004 dengan nama Proyek Pusat Informasi Mangrove (Mangrove Information Center/MIC).

mangrove-trail.jpg

Denah dan rute jembatan kayu Tahura Ngurah Rai

mangrove-tahura-bali.jpg

Jembatan kayu (trail) di Tahura Ngurah Rai

Kantor MIC berada di tengah kawasan Tahura Ngurah Rai, mempunyai areal persemaian (nursery) seluas 7700 m2 dengan fasilitas jembatan kayu (trail), pondok peristirahatan (hut), dan geladak terapung (floating deck), dengan 13 jenis mangrove mayor, 9 jenis mangrove minor, dan 28 jenis mangrove associates. Selain itu terdapat 62 jenis burung, 32 jenis crustacean, dan 10 jenis reptil terdapat di Tahura ini.

Karakteristik habitat hutan mangrove, adalah :

  • Umumnya tumbuh pada daerah pasang surut yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung, atau berpasir.
  • Tergenang air laut secara berkala.
  • Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.
  • Terlindung dari gelombang besar dan arus pasut yang kuat
  • Air bersalinitas payau (2 – 22 permil) hingga asin (38 permil)

Adapun manfaat dan fungsi mangrove, adalah sebagai :

  • Peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen.
  • Penghasil sejumlah besar detritus (hara) bagi plankton.
  • Daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya.
  • Penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas.
  • Pemasok larva (nener) ikan, udang, dan biota laut lainnya.
  • Habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptil, dan mamalia.
  • Tempat wisata.

mangrove-anjungan.jpg

Anjungan (hut) di tepi pantai untuk beristirahat dan melihat panorama laut


POKOK – POKOK KEGIATAN MANGROVE

Dalam upaya pengelolaan hutan mangrove, Departemen Kehutanan telah, sedang, dan akan melakukan kegiatan-kegiatan baik dalam bentuk kegiatan operasional teknis di lapangan maupun yang bersifat konseptual. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Operasional Teknis
    Sejak Tahun Anggaran 1994/1995 sampai dengan Tahun Dinas 2001, kegiatan operasional teknis yang dilaksanakan di lapangan oleh Balai/Sub Balai RLKT (sekarang bernama Balai Pengelolaan DAS) sebagai Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan adalah rehabilitasi hutan mangrove di luar kawasan hutan dan di dalam kawasan hutan seluas 22.699 Ha melalui bantuan bibit, pembuatan unit percontohan empang parit dan penanaman/rehab bakau, yang tersebar di 18 Propinsi.

  2. Penyusunan Strategi Nasional Pengelolaan Mangrove

  3. Inventarisasi kerusakan hutan mangrove (22 Propinsi)

  4. Penyusunan basis data pengelolaan hutan mangrove

  5. Penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah Pantai Kabupaten


PADANG LAMUN
Belasan Ikan Duyung Ditemukan di Padang Lamun Kalteng
Berita - Kabar Daerah

Belasan ikan duyung ( Dugong dugon) ditemukan hidup di perairan Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Mamalia laut yang langka ini hidup di perairan Teluk Kumai, hidup di daerah perairan antara Tanjung Puting dan Teluk Bogam karena terdapat padang lamun yang menjadi habitat satwa dilindungi tersebut.

"Diperkirakan populasi duyung di perairan tersebut sekitar 16 ekor. Duyung termasuk hewan dilindungi karena di Indonesia hanya ada di beberapa kawasan di Sumatera," kata Kepala Bidang Perikanan Budidaya, Dinas Perikanan dan Kelautan, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Rosette Elbaar, di Palangkaraya, Sabtu (11/10).

Dugong bernapas dengan paru-paru, panjang tubuhnya bisa mencapai 3 meter dengan berat 4 kuintal. Ukuran tubuh dewasa dicapai setelah usia sembilan tahun dan bisa bertahan hidup hingga umur 20 tahun.

Dugong menyukai perairan dangkal berkedalaman 5-20 meter dan ditumbuhi lamun yang merupakan makanan pokok mamalia tersebut.

Rosette menuturkan, penemuan padang lamun yang menjadi habitat duyung di perairan Kotawaringin Barat tersebut diawali dari serangkaian penelitian dan penyelaman oleh Tim Konsorsium Mitra Bahari sejak tahun 2003 hingga 2007.

Anggota tim tersebut berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kalteng, Universitas Palangkaraya, serta World Wildlife Foundation (WWF).

Di perairan Kotawaringin Barat, lamun tersebar di pantai desa Kubu, Tanjung Keluang, Tanjung Pandan, Sungai Bakau, Teluk Bogam, Tanjung Penghujan, gosong Pinggir, gosong Berendam, gosong Sepagar, dan gosong Senggora.

Apabila tidak dijaga, duyung yang ada di kawasan padang lamun tersebut bisa punah. "Predator alami duyung di sana tidak ada. Tapi, kepunahan duyung bisa terjadi bila nelayan menangkapnya. Tahun 2007 sempat ada satu ekor yang tersangkut jaring nelayan dan kemudian mati," kata Rosette.


Sumber : Kompas Cetak

Sumber: http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/13/15073922/belasan.ikan.duyung.ditemukan.di.padang.lamun.kalteng


KONDISI DAN POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN PULAU BARRANG LOMPO, SULAWESI SELATAN

Padang lamun merupakan ekosistem perairan dangkal yang kompleks, memiliki produktivitas hayati yang tinggi, dan merupakan sumberdaya laut yang penting baik secara ekologis maupuin secara ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan potensi ekosistem padang lamun di Pulau Barrang Lompo, serta mengkaji hubungan antara fenomena pasang surut menurut siklus bulan dengan kelimpahan dan jumlah jenis juvenil fauna nekton yang berasosiasi didalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penutupan lamun yang tinggi tidak memberikan kelimpahan dan jumlah jenis juvenil ikan yang tinngi, dan ternyata pada saat bulan gelap kelimpahan juvenil ikan lebih tinggi dari pada saat bulan terang. Berdasarkan jenis-jenis juvenil ikan yang ditemukan ternyata padang lamun memiliki potensi yang besar sebagai daerah asuban berbagi jenis juvenil ikan ekonomis penting diantaranya ikan kerapu, beronang, ikan merah, ikam ekor kuning dan berbagai jenis udang putih.